Belajar Baca Al-Qur’an Menyenangkan dengan Metode Tajdied

“Nah yang terakhir… sambil gerakannya seperti ini, membacanya Sho..fa..ja..za, ” seru Tri Wahyuni, S.Pd. yang akrab dipanggil Yuni, sambil menggerakkan tangannya di depan dada dari kiri ke kanan di hadapan santri-santrinya.

“Sho..fa..ja..za..”, sahut para santri yang berusia antara 25 hingga 50 tahun itu menirukan Yuni dengan semangat.
“Baik…kita ulangi dari awal ya …”, ucap Yuni meminta santri-santrinya mengulangi kalimat-kalimat yang dipelajari.

Demikian suasana ketika salah satu peserta Pelatihan Program Membaca Al-Qur’an Metode Tajdied memperagakan cara mengajar membaca Al-Qur’an di hadapan teman-teman sejawatnya yang berperan sebagai santri.

Pelatihan yang diadakan oleh SD Muhammadiyah 8 Surabaya pada hari Jum’at dan Sabtu tanggal 19 dan 20 Maret 2021 itu diikuti oleh guru-guru yang utamanya sebagai guru pembina BTQ (Baca Tulis Qur’an).
“Sebagaimana hadits Nabi, sebaik-baik dari kita adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya, maka wajib bagi guru untuk mengajarkan Al-Qu’an kepada peserta didik dengan bacaan baik dan benar”, kata Siti Aisyah, S.Pd., ketua panitia kegiatan sekaligus ketua pengelola TPQ Al Amin SD Muhammadiyah 8 Surabaya dalam sambutannya.

Kegiatan selama dua hari itu merupakan salah satu program peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran yang bertujuan menambah ilmu dan wawasan dalam pembelajaran BTQ serta standardisasi metode belajar membaca Al Qur’an bagi peserta didik. Bertindak sebagai narasumber adalah ustadz Misbahul Munir, S.Pd.I., ketua tim Tajdied wilayah Jawa Timur, dan ustadzah Zaitun Nailiyah, S.Psi., yang juga koordinator Diklat Metode Tajdied PD Muhammadiyah Gresik.

Metode Tajdied adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an yang merupakan gabungan dari metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) yang mengutamakan penyusunan yang menggiring siswa berpikir analitis dan sintesis, dengan metode Mnemonic untuk mengenalkan huruf-huruf Al-Qur’an menggunakan kata-kata kunci yang mudah diingat (https://radarsolo.jawapos.com/read/2018/06/26/83287).

Berbeda dengan Yuni yang sedikit malu-malu, salah seorang peserta lainnya, Rifki Aida Maulidina, S.Pd. dengan percaya diri membimbing “santri-santrinya” membunyikan kata-kata pada layar proyektor yang ditunjuknya.

“Tepuk-tepuknya ditambahi lagi ya ustadzah…”, ujar ustadzah Lely, panggilan akrab Zaitun Nailiyah, memberikan saran kepada Rifki.

Ustadzah Lely juga mengajak peserta untuk menggunakan tepuk-tepuk dalam membedakan panjang pendeknya bunyi bacaan. Kata-kata dan kalimat dalam modul belajar juga diucapkan dengan nada-nada yang cukup mudah diikuti.

Menurut Lely, berdasarkan penelitian anak-anak yang terstimulus dengan musik atau nada punya daya ingat yang lebih kuat dibandingkan yang tidak distimulus dengan nada. Demikian pula belajar dengan menggunakan tepukan akan menciptakan suasana menyenangkan bagi anak-anak serta meningkatkan kecerdasan. (Dewi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *