SDM8SBY – Sebanyak 71 siswa SD Muhammadiyah 8 Surabaya mengikuti kegiatan Napak Tilas Sejarah Muhammadiyah di Yogyakarta, Sabtu (7/12/2024). Didampingi oleh guru Kemuhammadiyahan, H.M. Syaiful Anwar, S.Ag., kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa tentang sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah, melalui pendekatan pembelajaran kontekstual yang langsung melibatkan mereka dengan situs-situs bersejarah.
Dimulai dengan salat Shubuh berjamaah di Masjid Gedhe Kauman Kesultanan Yogyakarta, para siswa diajak merasakan atmosfer religius yang menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan K.H. Ahmad Dahlan. Masjid ini merupakan salah satu tempat yang memiliki keterkaitan erat dengan awal mula perjuangan Muhammadiyah.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Kampung Kauman, tempat lahirnya Muhammadiyah. Para siswa diajak mengenal lebih dekat rumah-rumah sederhana yang menyimpan kisah perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan awal gerakan Muhammadiyah. Selain itu, mereka juga berkesempatan melihat Langgar Kidoel, tempat K.H. Ahmad Dahlan mengajarkan ilmu agama kepada santri-santrinya, sekaligus mengasah kepekaan mereka terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat saat itu.
Selanjutnya, rombongan mengunjungi Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Di sini, siswa belajar mengenai kontribusi Muhammadiyah dalam dunia pendidikan, khususnya dalam membangun generasi perempuan yang berilmu dan berkarakter. Madrasah ini memiliki visi mencetak kader-kader perempuan Muhammadiyah sebagi ulama, pemimpin dan pendidik yang membawa misi gerakan Muhammadiyah.
Kegiatan ini merupakan implementasi nyata dari model pembelajaran kontekstual yang memungkinkan siswa untuk mengaitkan teori yang dipelajari di kelas dengan realitas di lapangan.
“Melalui interaksi langsung dengan situs bersejarah, siswa tidak hanya belajar tentang sejarah Muhammadiyah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan, semangat keislaman, dan pengabdian kepada masyarakat,” ujar Ustad Syaiful.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat memupuk rasa bangga siswa terhadap identitas Muhammadiyah serta menanamkan semangat untuk melanjutkan perjuangan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Dengan pendekatan kontekstual ini, pembelajaran Kemuhammadiyahan menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Dengan mengunjungi langsung situs-situs sejarah, siswa mendapatkan pengalaman yang kaya, yang tidak dapat digantikan oleh buku teks semata. (dewi)