Nikmatnya makan bersama di Jum’at berkah SD Muhammadiyah 8 Surabaya

Siswa kelas I – VI SD Muhammadiyah 8 Surabaya, makan siang lesehan di depan lobby dan musholla Al amiin. jum’at (9/8/22).

Makan bersama di Jum’at berkah dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama pukul 09.30 dilakukan peserta didik kelas 1 dan 2 di ruang lobby. Sesi kedua diikuti peserta didik kelas 3 sampai kelas 6 pada pukul 12.30.

Sebelum melakukan makan bersama di Jum’at berkah peserta didik dihimbau untuk
Mencuci tangan sebelum makan dan diikuti berdoa sebelum makan bersama.

Peserta didik nampak bergembira menikmati makan bersama di Jum’at berkah. Siswa kelas I ruang Al Hamid Arzan raffandy kafeel mengaku menikmati makanan tersebut seusai mengikuti kegiatan Hisbul Wathan di lobby.
“senang bu, makanannya sudah habis semua” katanya sambil menunjukkan kardus nasi yang telah habis dimakan.

Untuk peserta didik kelas III sampai VI makan siang Jum’at berkah seusai melaksanakan sholat Jum’at serentak di depan musholla Al Amiin. Siswa kelas III Al Basith Arrayas menikmati makanan tersebut “Makanannya enak, saya ingin lagi Bu !” .

Rista selaku guru pendamping berpendapat bahwa makan bersama di Jum’at berkah merupakan sebuah momentum kebersamaan peserta didik SD Muhammadiyah 8 Surabaya untuk meningkatkan ukhuwah.

Selain itu telah disebutkan dalam
Shahihain, dari Abu Hazim Radhiyallahu ‘Anhu, dari Sahal Radhiyallahu ‘Anhu berkata,


قَالَ كُنَّا نَفْرَحُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قُلْتُ وَلِمَ قَالَ كَانَتْ لَنَا عَجُوزٌ تُرْسِلُ إِلَى بُضَاعَةَ قَالَ ابْنُ مَسْلَمَةَ نَخْلٍ بِالْمَدِينَةِ فَتَأْخُذُ مِنْ أُصُولِ السِّلْقِ فَتَطْرَحُهُ فِي قِدْرٍ وَتُكَرْكِرُ حَبَّاتٍ مِنْ شَعِيرٍ فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ انْصَرَفْنَا وَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَدِّمُهُ إِلَيْنَا فَنَفْرَحُ مِنْ أَجْلِهِ وَمَا كُنَّا نَقِيلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ


“Kami sangat gembira bila tiba hari Jum’at.” Saya (Abu Hazim) bertanya kepada Sahal: “Mengapa demikian?”

Jawabnya: “Ada seorang nenek tua yang pergi ke Budha’ah -sebuah kebun di Madinah- untuk mengambil ubi dan memasaknya di sebuah periuk dan juga membuat adonan dari biji gandum. Apabila kami selesai shalat Jum’at, kami pergi dan mengucapkan salam padanya lalu dia akan menyuguhkan (makanan tersebut) untuk kami.

Itulah sebabnya kami sangat gembira. Tidaklah kami tidur siang dan makan siang kecuali setelah jumat.” (HR. Bukhari dan Muslim). (rista)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *